Dan orang-orang yang terdahulu; yang mula-mula
dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar” (berhijrah dan memberi bantuan), dan
orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan
taat), Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Nya, serta Dia
menyediakan untuk mereka syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa
sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar.
(Surah At-Taubah, Ayat 100)
·
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah
s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman.
Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain.
Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya
kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam
sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)
Sifat-Sifat
Nabi Muhammad SAW
Fizikal Nabi.
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi
dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah
ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan
perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku
sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:
Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang
senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya,
tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya
bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang
hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik
halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti
bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya
lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya
tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang
halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap,
rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya,
tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi
oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu,
sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula,
lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua
tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak
kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya
lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar
daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti
jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan,
langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila
menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda
lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang
baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan
dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.
Kebiasaan Nabi
Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai
kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti
orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah
beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya,
memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya
penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau
berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa
membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau
terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari
kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi
marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi
apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat
melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak
pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya,
bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda
merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan
tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan
kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang
menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan
ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti
embun yang dingin.
Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku
simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada
Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan
pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku
(Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang
cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.
Rumah Nabi
Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan
ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam
rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di
dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah
ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya
sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di
antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang
yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani ummat,
baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk
dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama.
Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka
baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang
berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba
menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan
untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa
yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan
kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa
yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya
sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua
tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang
seumpama itu saja.
Baginda tidak menerima dari bicara yang lain
kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai
orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan
dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul
banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam
hal-ihwal agamanya.
Luaran Nabi
Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya
bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah
Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika
memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada
mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua
setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak.
Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa
menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang
manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila
mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang
ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk
dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.
Majlis
Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya
pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa
Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya,
melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat
yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang
tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda
duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu.
Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang
dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa
tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang
yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda
terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan
kembali.
Baginda tidak pernah menghampakan orang yang
meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika
tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya.
Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap
semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam
hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah,
segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi,
tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk,
semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang
tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu
diutamakan, yang asing selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu
menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu
duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu
periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras
atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor,
tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada
disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka
menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang
berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak
suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali
yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang
berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang
tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru
mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa.
Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya
mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda
selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan
suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau
menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi
baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati
seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan
menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa
yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak
menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa
pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau
baginda menjauh dari tempat itu.
Diamnya Nabi
Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan
pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW
bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun,
kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana
bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam
pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah
pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya
sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan
dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam
peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang
baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka
yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang
lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang
lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan
melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia
ataupun buat akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar